JURNAL TENTANG WRITING
EFEKTIVITAS
PROGRAM PENGAJARAN MENULIS
BERPENDEKATAN
PROSES DALAM MEMBANTU MAHASISWA YANG BERMASALAH DALAM MATA KULIAH WRITING II
oleh
I
Nyoman Adi Jaya Putra
Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan suatu program
bantuan (student support services) yang menggunakan ancangan penelitian
tindakan kelas. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan profisiensi
mahasiswa yang bermasalah dalam mata kuliah Writing II. Sebanyak sembilan
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Writing II yang nilainya kurang dipilih
sebagai subjek penelitian. Teknik atau bentuk tindakan yang digunakan adalah pola
pembelajaran menulis berpendekatan proses. Pola pembelajaran model ini memiliki
lima tahapan
pokok, yaitu (1) penemuan dan pengelompokkan ide tulisan, (2) penulisan draft
tulisan, (3) merevisi isi dan organisasi tulisan, (4) menyunting tulisan, dan (5)
memajang hasil tulisan (Routman, 1991; Ede, 1992; dan Hayes, 1996). Data yang dikumpulkan
adalah berupa paragraf-paragraf yang didapatkan dari masing-masing tahapan
menulis. Semua paragraf ini dikoreksi dan hasil koreksi dianalisis secara
deskriptif dengan mengacu pada indikator kemampuan menulis yang telah
ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kemampuan mahasiswa
dalam membuat karangan terkategori baik. Ini dibuktikan dengan meningkatnya
nilai rerata mereka pada setiap siklus. Bila dirinci per siklus tampak bahwa
kemampuan mereka dalam membuat karangan meningkat secara sistematis, yaitu
bergerak dari kategori baik sampai ke baik sekali. Dilihat dari nilai simpangan
bakunya tampak ada konsistensi tentang semakin mengecilnya kesenjangan
kemampuan mereka dalam membuat karangan. Jika kemampuan mereka dilihat per
aspek, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) kemampuan mahasiswa dalam menemukan dan mengelompokkan ide
karangan dalam kegiatan pre-writing meningkat secara kualitatif, yaitu dari
kategori cukup menjadi baik atau mendekati baik sekali, (2) kemampuan mahasiswa
dalam drafting meningkat dari
kategori cukup baik menjadi mendekati kategori baik sekali, (3) kemampuan
mahasiswa dalam melakukan revisi terhadap tulisannya sendiri meningkat dari
kategori mendekati baik menjadi kategori mendekati baik sekali, (4) kemampuan mahasiswa
menyunting tulisannya sendiri juga meningkat dari kategori baik menjadi baik
sekali, dan (5) kemampuan mahasiswa dalam publishing
juga meningkat mulai dari kategori mendekati baik menjadi baik sekali.
Kata kunci: efektivitas,
menulis, pendekatan proses
ABSTRACT
This research is a classroom-based action
research which at the same time is also carried out as a kind of students
support service program. Its main objective is to improve the proficiency of
the students having problems in Writing II. Nine low-scored students were taken
as the subjects of the study. The treatment given to help them to improve their
writing is called teaching writing through process approach. Such a model of
teaching writing has five main steps, namely: (1) finding and classifying
ideas, (2) drafting, (3) revising and organising, (4) editing, and (5) publishing
(Routman, 1991; Ede, 1992; and Hayes, 1996). The data which were collected from
each phase of writing were in the form of paragraphs. All paragraphs were
corrected and the result of the correction was analysed descriptively by
considering and referring to the indicator of writing proficiency which had
been set up beforehand. In general, the result showed that the students’
ability in writing paragraphs was categorised as being good. This was proven by
the increase of the mean score of each cycle. There was a systematic
improvement from the first cycle to the last i.e., from a good to became a very
good category. The standard deviation of their score showed that the gap in
terms of the abilty of one student compared to others in writing decreased.
With regard to their achievement for each aspect, it can be concluded as the
following. (1) During the pre-writing, their achievement in finding as well as in
classifying ideas improved qualitatively from a good category to become a
category of almost very good. (2) Similarly,
the students’ ability in drafting also improved from a good to become an almost
very good category. (3) In revising their own writing, their ability improved
from a category of being good to a category of being very good. (4) Their
abilty in editing also improved from a good category to become very good. And
(5) the improvement of their ability in publishing moved from a category of
almost being good to a category of being very good.
Key words: effectiveness, writing,
process approach
1. Pendahuluan
Kurikulum Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Negeri Singaraja tahun 2002
mengisyaratkan bahwa mata kuliah Writing II diajarkan pada semester 3. Tujuan pengajaran
keterampilan berbahasa ini adalah untuk mengembangkan profisiensi dalam
menulis, khususnya agar mahasiswa memiliki keterampilan dan dapat menggunakan keterampilan
menulis tersebut dengan baik (cf. Rivers, 1978; Krashen, 1984; Bizzell, 1986).
Profisiensi yang dikembangkan dalam
mata kuliah Writing II dapat dikategorikan pada tingkatan menengah (intermediate)
dan sebagai kelanjutan dari tingkatan belajar pemula (beginner/novice).
Pada tingkatan pemula, mahasiswa diharapkan memiliki profisiensi dalam menyalin
dan mentranskripsikan materi dalam konteks yang familiar, mendaftar,
mengidentifikasi, sampai pada menulis paragraf sederhana. Sebaliknya pada
tingkatan menengah, mahasiswa diharapkan mampu memiliki profisiensi yang lebih
tinggi khususnya yang menyangkut penggunaan kalimat-kalimat sederhana,
pengorganisasian ide, dan penggunaan piranti kohesi (cohesive devices)
secara akurat (cf. Meddley, 1985; Meddley dan Galloway, 1985). Bila profisiensi
tersebut dikategorikan menurut strukturnya maka dapat dipilah menjadi
profisiensi dalam menemukan dan mengelompokkan ide, mengembangkan rancangan
tulisan, menulis dan merevisi tulisan, menyunting tulisan, dan membuat tulisan
akhir untuk pajangan (Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, 1994).
Dalam pelaksanaan pembelajaran
Menulis I (Writing I), diketahui bahwa cukup banyak mahasiswa yang menghadapi
masalah yang cukup serius. Dari hasil pengamatan dosen pengajar Writing I dan
hasil analisis tulisan mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini pada semester
genap tahun akademik 2001/2002 didiagnosis bahwa masalah pokok yang dihadapi
oleh mahasiswa mencakup sejumlah hal, yaitu: kesalahan ejaan dan
kekurangakuratan dalam pemilihan struktur wacana, tidak adanya kontrol yang
kuat dalam mengkontruksikan kalimat-kalimat dasar, seringnya dijumpai kesalahan
tatabahasa (language usage) dan pemilihan serta penggunaan leksim yang tidak
tepat, dan juga penggunaan piranti sintaksis, mekanik, dan semantis yang tidak
tepat dan tidak efisien. Dari nilai akhir Writing I, diidentifikasi sebanyak
sembilan orang mahasiswa Kelas B yang memperoleh nilai akhir C. Ini merupakan
bukti bahwa kesembilan mahasiswa tersebut belum memiliki profisiensi yang
memuaskan sesuai dengan yang diharapkan dosen pengajarnya.
Kesembilan mahasiswa tersebut
dikategorikan mahasiswa bermasalah khususnya dalam keterampilan menulis. Dalam
rangka meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil pembelajaran mahasiswa tersebut
dibutuhkan suatu program bantuan yang efektif dan efisien. Mereka tidak
dibiarkan bergelut sendiri dengan permasalahan belajarnya karena jika hal ini
dibiarkan akan berdampak negatif terhadap pencapaian mutu pembelajaran bahasa
Inggris mereka pada umumnya, dan pembelajaran menulis khususnya.
Penelitian ini merupakan suatu
program bantuan (student support services) yang. bertujuan untuk
meningkatkan profisiensi mahasiswa yang bermasalah tadi dalam: (1) menemukan
dan mengelompokkan ide, (2) mengembangkan rancangan tulisan, (3) menulis dan
merevisi tulisan, (4) menyunting tulisan, dan (5) membuat tulisan akhir untuk
pajangan (Routman, 1991; Ede, 1992;
Hayes, 1996).
Dalam tujuan tersebut tersirat
adanya peningkatan prestasi dalam menulis. Indikator keberhasilan model
pembelajaran menulis berpendekatan proses adalah adanya peningkatan atau
kenaikan prestasi belajar yang diwujudkan dalam nilai akhir yaitu dari nilai C
(2) meningkat menjadi B (3) atau, bahkan A (4).
Salah satu teknik atau bentuk tindakan yang digunakan untuk membantu mahasiswa
yang menghadapi kendala dalam menulis dinamakan pola pembelajaran menulis
berpendekatan proses (process approach). Pola pembelajaran berpendekatan
proses merupakan sebuah prosedur umum dalam mengimplementasikan khasanah
pembelajaran lewat sebuah proses yang terdiri atas lima tahapan pokok, yaitu (1) penemuan dan
pengelompokkan ide tulisan, (2) penulisan draft tulisan, (3) merevisi
isi dan organisasi tulisan, (4) menyunting tulisan, dan (5) memajang hasil
tulisan (Routman, 1991; Ede, 1992; Hayes,1996).
Secara
teoritik dipilihnya pendekatan proses (process approach) dalam
mengembangkan profisiensi mahasiswa dalam menulis (writing proficiency)
didasarkan pada asumsi bahwa fitur konseptual yang terdapat dalam pendekatan
tersebut mengandung pendekatan yang sejalan dengan konstruktivisme sosial (social constructivism). Pandangan teori konstrukvisme menyatakan bahwa
pengertian dan pengetahuan mencakup suatu proses aktif dan konstruktif. Ada banyak cara untuk
menemukan, mengorganisasikan, menyimpan, mengemukakan, dan memikirkan suatu
konsep atau kejadian agar dapat mengertikan atau memahaminya. Mengerti itu
suatu proses pembentukan konsep yang terus menerus (Bettencourt, 1998).
Kekuatan
pola pembelajaran berpendekatan proses terletak pada rangkaian kegiatan atau
proses aktivitasnya yang bersifat kreatif dan inovatif. Mahasiswa diharapkan
melakukan dan mengalami (ventures) proses-proses penulisan sebuah
karangan atau tulisan dari awal sampai pada proses akhir terbentuknya kemampuan
dasar dalam menulis (Ede, 1992; Marhaeni, dkk, 1998).
Proses
penemuan ide tulisan, misalnya dilakukan melalui suatu proses penemuan (invention),
penulisan secara bebas (free writing), bertanya (questioning),
dan menggelindingkan ide (looping), dan curah ide (brainstorming).
Di sini mahasiswa diharapkan menggunakan skemata meta kognitifnya secara
kreatif untuk dapat menemukan sebuah ide brilian untuk ditulis selanjutnya.
Pada
proses penulisan buram (drafting) tulisan, misalnya, mahasiswa melakukan
serangkaian aktivitas yang mengharuskan mereka untuk menuliskan ide-ide mereka
secara bebas, tanpa dibebani oleh rasa khawatir membuat suatu kesalahan
gramatika atau kesalahan pengorganisasian ide, dan bahkan mereka diberikan
kebebasan untuk menuliskan hal-hal baru yang muncul secara tiba-tiba (Hayes,
1996).
Pada
kegiatan merevisi dan mengorganisasikan tulisan, misalnya, mahasiswa didorong
untuk melakukan koreksi-koreksi semestinya, baik secara mandiri (self
correction) atau koreksi oleh teman sejawat (peer correction) dengan
fokus koreksi secara global (global correction) atau koreksi terfokus (local
correction) (cf. Burt and Kiparsky, 1997). Koreksi yang dilakukan teman
sejawat dan dosen pengajar dilakukan tidak melalui pemberian komentar atau
perbaikan langsung terhadap kesalahan yang dibuat, melainkan dengan memberikan
kode-kode tertentu terhadap kesalahan-kesalahan tersebut. Kode-kode tersebut
telah disosialisasikan dan disepakati oleh mahasiswa. Tujuannya adalah untuk
menghindarkan kebiasaan yang kurang baik seperti misalnya memanjakannya dengan ‘menyuapi’
mahasiswa secara langsung dengan pemberian perbaikan-perbaikan tersebut.
Melalui kode-kode tersebut, mereka diharapkan memikirkan sendiri perbaikannya.
Kode-kode tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Simbol
|
Makna
|
Tanda dalam tulisan mahasiswa
|
Sp
|
Spelling
|
mid le
|
P
|
Punctuation
|
Is it true
|
T
|
Tense
|
Yesterday I go.
|
V
|
Verb
|
It easy
|
W
|
wrong word
|
I made him
to come here
|
Agr
|
Agreement/concord
|
he go
|
Ns
|
Not a sentence
|
In many city are many schools
|
Wo
|
Word order
|
I go there
never.
|
Art
|
Article
|
I have pen
|
Gr
|
Grammar
|
He is success.
|
J
|
Joining word
|
Although he studied hard but
he did not pass.
|
Dict
|
Diction/choice of
word
|
… how to
increase the students’ ability
…
|
(Diadaptasikan dari Adi Jaya Putra, dkk., 1997)
Pada
proses penyuntingan penggunaan bahasa, misalnya, mahasiswa didorong untuk
melakukan penyuntingan (editing) lewat membaca nyaring (oral reading),
membaca per garis, per bagian, atau per unit wacana. Cara lain yang juga dapat
dilakukan adalah menyuruh mereka menuliskan sejumlah kalimat yang dianggap
dosen memiliki kesalahan-kesalahan. Mahasiswa diharapkan secara kreatif
menemukan kejanggalan-kejanggalan atau kesalahan dalam tulisan tersebut. Proses
ini membentuk suatu rasa percaya diri pada mahasiswa (self reliance)
(cf. Hayes, 1996).
Tahap
akhir, yaitu proses pemajangan hasil tulisan, merupakan masa pemberian sebuah
ganjaran positif kepada mahasiswa. Tahap ini dimaksudkan untuk membentuk
kepercayaan diri akan prestasinya yang baik. Dengan kata lain, melalui
pemberian reward pada tahap ‘publishing’ ini mereka ‘disadarkan’
bahwa sesungguhnya mereka mampu menulis atau membuat karangan dengan baik.
Tindakan
ini dipilih di samping karena alasan di atas, juga karena adanya suatu
kesadaran bahwa: “Learning to write is not simply a matter of writing things
down. Most people would agree that expressing oneself clearly in writing can be
a slow and painful process”. Agar mahasiswa dapat melewati kompleksitas
proses pembuatan tulisan, maka mereka diharuskan untuk mengalami proses kreatif
dari awal sampai terbentuknya suatu kompetensi standar maupun kemampuan dasar
dalam menulis (Dikdasmen, 2002).
Tahapan-tahapan
dalam menulis yang menekankan pada proses kegiatan digunakan sebagai sebuah
skemata untuk dapat mengerti dan menjelaskan aspek-aspek dari suatu kenyataan
dalam menulis, baik itu hanya sekadar karangan atau tulisan ilmiah (Shapiro,
1994). Secara konseptual, pendekatan proses dalam menulis mengandung
gagasan-gagasan konstruktivisme sebagai berikut. (1) Pengetahuan
bukanlah merupakan gambaran dunia belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi
kenyataan melalui kegiatan subjek.
(2) Subjek membentuk skemata
kognitif, kategorikal, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. (3) Pengetahuan
dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk
pengetahuan bila konsespsi itu berlaku dalam pengalaman seseorang.
Argumen empirik yang dapat
dikemukakan atas pemilihan tindakan ini antara lain dapat diajukan hasil
penelitian Marhaeni, dkk. (1998). Mereka melakukan sebuah penelitian tindakan
berbasis kelas di kelas II1 SMU Negeri 4 Singaraja. Jumlah siswa keseluruhan
yang dijadikan subjek penelitian adalah sebanyak 41 orang yang terdiri atas 23
laki-laki dan 18 perempuan. Kepada mereka diperkenalkan sebuah model
pembelajaran menulis berpendekatan proses.
Rancangan penelitian dilakukan dalam
3 siklus dengan lima tahapan penerapan tindakan, yaitu (1) kegiatan awal
sebelum menulis (pre-writing) dan penemuan (invention), (2) penulisan
buram tulisan (drafting), (3) perevisian (revising), (4)
penyuntingan (editing), dan pemajangan
hasil (publishing).
Hasil analisis data menunjukkan beberapa simpulan signifikan, yaitu
(1) kemampuan siswa dalam menulis meningkat dan terkategori baik
secara kualitatif, (2) kemampuan siswa dalam membuat kalimat topik,
baik bentuk maupun isinya, terkategori cukup baik, (3) kemampuan
siswa dalam melakukan revisi terhadap tulisannya sendiri tergolong baik, (4) kemampuan
menyunting tulisannya sendiri tergolong cukup baik, dan (5) kemampuan
akhir dalam menulis secara rata-rata tergolong baik.
Hasil penelitian
yang dilakukan Marhaeni dkk. (1998)
yang dilakukan di tingkat sekolah menengah sangat bermanfaat bila
direplikasikan di tingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di
tingkat universitas atau institut. Dengan dilakukan replikasi penelitian di
jenjang pendidikan yang lebih tinggi terhadap kebaikan pendekatan proses dalam
menulis akan memungkinkan ketersediaan data secara meta (meta analisis).
Desain
penelitian ini bertumpu pada penelitian berbasis tindakan (action-based
research) dengan hipotesis kerja yang digunakan sebagai acuan dalam
melakukan penelitian lebih lanjut. Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut “bahwa pendekatan proses dalam menulis akan dapat meningkatkan
nilai akhir mahasiswa dalam mata kuliah menulis khususnya Writing II”.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja, pada mahasiswa semester 3 pada
tahun ajaran 2002/2003. Waktu penyelenggaraan penelitian adalah bulan Agustus –
November 2002. Mahasiswa yang dilibatkan
dalam penelitian ini berjumlah sembilan orang yang diambil sesuai alasan dan
ketentuan yang telah dikemukakan pada rasionel atau latar belakang masalah di
depan.
Rancangan penelitian ini adalah
berupa implementasi sebuah metode mengajar yang dilaksanakan melalui sebuah
penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengoptimalkan sebuah proses
pembelajaran menulis dan meningkatkan nilai akhir mahasiswa dalam mata kuliah
Writing II. Tahap-tahapan penelitian per siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) evaluasi, dan (4) refleksi. Pada tahap persiapan beberapa hal dipersiapkan
terlebih dahulu, antara lain pembuatan tes diagnostik, penyediaan materi-materi
dan kegiatan yang cocok untuk tahap-tahapan proses menulis, serta pembuatan tes
akhir setiap tahapan kegiatan. Pada tahapan pelaksanaan tindakan diberikan
tindakan yang bersifat terus menerus selama satu semester. Pada tahapan evaluasi
lebih difokuskan pada pemberian penjelasan-penjelasan, baik itu yang bersifat individual
maupun terfokus, tentang unjuk kerja pada setiap kegiatan atau siklus. Pada tahapan
refleksi dilakukan perenungan atau kilas balik mengenai tindakan yang telah
dilakukan dengan melihat hasil yang telah didapatkan. Pada tahapan ini
dicermati keunggulan serta kelemahan tindakan yang telah dilakukan. Singkatnya,
tahapan ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas tindakan yang dilakukan.
Inti kegiatan penelitian dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus
dilakukan dalam lima
minggu efektif. Penggunaan waktu yang relatif panjang untuk kegiatan per siklus
disebabkan karena adanya lima
tahapan dalam pengajaran berpendekatan proses. Setiap tahapan dilakukan dalam
satu minggu. Penggunaan waktu tidaklah terlalu kaku; sesuai prinsip supervisi
klinis, dosen bersedia meluangkan waktunya kapan saja, di mana saja (seperti di
rumah misalnya) sepanjang terdapat kesepakatan ‘appointment’ di antara
dosen dan mahasiswa yang merasa memerlukan bantuan. Dengan demikian, dapat
disampaikan bahwa waktu yang lima
minggu seperti yang disebutkan di atas merupakan waktu minimal yang diperlukan
untuk menyelesaikan ketiga siklus penelitian yang dilakukan.
Gambaran yang lebih komprehensif mengenai kelima tahapan model pengajaran
menulis berpendekatan proses dijelaskan sebagai berikut.
(1) Prewriting
Tindakan prewriting dimaksudkan untuk dapat
menumbuhkembangkan kemampuan mahasiswa dalam menemukan sejumlah ide mengenai
topik tertentu. Ini merupakan langkah awal untuk mempersiapkan sebuah karangan.
Dalam kegiatan prewriting dilakukan
dua kegiatan pokok dalam pembelajaran, yaitu
menentukan topik, dan mengumpulkan atau mengelompokkan ide-ide atau
detail yang didapat agar dapat digunakan dalam penulisan draft tulisannya.
(2) Drafting
Dalam drafting ada dua kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal dan
kegiatan inti. Dalam kegiatan awal, dosen mengulang dan mengulas sepintas
tentang tabel yang dibuat minggu sebelumnya mengenai penemuan dan pengelompokan
ide (Organizing Ideas). Pada kegiatan
inti dilakukan sejumlah kegiatan, yaitu membuat kalimat topik, membuat
rancangan (plan) karangan, dan
setelah itu dilanjutkan dengan menulis paragraf.
(3) Revising
Dalam kegiatan awal dosen memberikan penjelasan tentang
tujuan pembelajaran pada tahap ini, yaitu merevisi tulisan mahasiswa yang
dibuat minggu sebelumnya. Kegiatan revisi dilakukan oleh mahasiswa, dengan
menggunakan saran-saran perbaikan oleh dosen. Dosen menjelaskan bahwa saran
yang diberikan ini dimaksudkan hanya sebagai arahan, dan siswa tetap mempunyai
kebebasan untuk menentukan sendiri seberapa jauh saran itu bisa diterima agar
selanjutnya bisa dipakai untuk menyempurnakan tulisannya. Dalam kegiatan ini
juga dijelaskan secara ringkas tentang bentuk paragraf yang ideal, mengingat
belum semua mahasiswa memiliki pemahaman yang sama tentang bentuk dan
organisasi sebuah paragraf.
(4) Editing
Dalam kegiatan ini, dosen beserta kelas mendiskusikan
kesalahan-kesalahan umum yang dibuat sebagian besar mahasiswa. Dosen
menjelaskan maksud/makna simbol-simbol tanda koreksian yang diberikan dosen di
atas kertas pekerjaan mereka. Dengan tanda-tanda tersebut mahasiswa diharapkan
aktif untuk berintrospeksi tentang kesalahan yang telah dibuatnya. Mereka boleh
mendiskusikannya dengan dosen maupun teman sejawatnya, dan setelah itu mereka
melakukan perbaikan-perbaikan sehingga dapat menghasilkan pekerjaan yang
memenuhi kriteria, seperti: kalimat topik yang benar, isi yang relevan, detail
yang seimbang, gramatika yang benar, termasuk penggunaan tanda baca yang benar.
(5) Publishing
Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir daripada
pembelajaran menulis dengan pendekatan proses, yang pada intinya terdiri atas
dua butir kegiatan, yaitu: mahasiswa menyiapkan karya tulisnya, dan mereka memajangnya
baik di dalam kelas maupun di luar kelas (seperti majalah dinding misalnya).
Kegiatan pemantauan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah tindakan,
khususnya yang berlangsung di dalam kelas. Untuk kegiatan di luar kelas, dosen
hanya mencatat proses dan luaran tindakan dan segala sesuatunya yang dianggap
penting yang terjadi selama mereka berinteraksi dengan dosen yang bersangkutan,
misalnya mencatat kesalahan-kesalahan yang sering dibuat, untuk selanjutnya
dapat disampaikan dalam pertemuan klasikal.
Evaluasi hasil tindakan dilakukan
dengan melakukan pengukuran pada setiap hasil kerja mahasiswa sesuai aspek
kemampuan mengarang yang meliputi kemampuan menemukan dan mengelompokkan ide,
merancang karangan, merevisi, menyunting, dan menulis karangan terakhir untuk
keperluan pemajangan. Masing-masing aspek kemampuan menulis dijabarkan ke dalam
suatu indikator dengan mempergunakan skala 5, dengan kategori kualitas seperti
berikut:
Nilai 1 = Kurang
Nilai 2 = Cukup baik
Nilai 3 = Baik
Nilai 4 = Baik sekali
Nilai 5 = Sempurna
Pengembangan indikator kelima
kemampuan mengarang yang disebutkan di atas dapat diringkas sebagai berikut.
Kemampuan menemukan dan mengelompokkan ide diukur dari kualitas dan kuantitas
ide karangan, juga dari ketepatan dan keseimbangan dalam pengelompokkan ide;
kemampuan menulis rancangan (draft)
karangan diukur dari kemampuan membuat kalimat topik (baik dari sudut isi dan
bentuk); kemampuan mengembangkan ide pendukung (ditinjau dari keseimbangan dan
relevansi idenya); kemampuan merevisi rancangan karangan diukur dari sudut
kemampuan merevisi bentuk dan isi kalimat topik dan kemampuan merevisi
keseimbangan ide pendukung; kemampuan menyunting (mengedit) diukur dari
kemampuan menggunakan masukan dosen untuk kesalahan gramatika; sedangkan
kemampuan dalam membuat bentuk akhir karangan untuk dipajang diukur dari bentuk
dan kreatifitas dalam memvisualisaikan tulisannya.
Hasil pemantauan terhadap kelima
kemampuan mahasiswa dalam mengarang seperti yang telah disampaikan di atas,
khususnya skor dari masing-masing kemampuan menulis, dijumlahkan sehingga
kemudian membentuk suatu nilai komposit. Rerata (mean score), simpangan baku
atau standar deviasi (SD) dan variasi masing-masing variabel dihitung, dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran umum rerata kemampuan mahasiswa dalam
mengarang. Data yang terkumpul diolah dengan bantuan aplikasi SPSS 10.1 for
Windows, khususnya dalam hal mencari standar deviasi masing-masing komponen dan
juga untuk mencari signifikansi peningkatan kemampuan mahasiswa. Yang terakhir
ini dicari dengan Paired-samples T-Test yang ditujukan untuk membandingkan
capaian masing-masing siklus, seperti misalnya hasil hasil Siklus I dengan
Siklus II; Siklus II dengan Siklus III; dan Siklus I dengan Siklus III. Melalui
perbandingan hasil akhir ini dapat diketahui apakah terjadi peningkatan,
penurunan, atau tidak terjadi perubahan sama sekali. Hasil analisis pada
akhirnya disajikan secara deskriptif.
Kegiatan refleksi dilakukan melalui
suatu prosedur diskusi multilateral baik dengan dosen peneliti, dosen yang
biasa memegang mata kuliah Writing II, ataupun dengan mewawancarai mahasiswa
yang dijadikan subjek penelitian. Semua kegiatan ini dikoordinasikan untuk
dilakukan bersama-sama pada waktu dan di suatu tempat tertentu. Hasil setiap pemantauan
langsung terhadap perencanaan dan implementasi tindakan dibahas bersama, dan
selanjutnya digunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.
3. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Bila
dirangkum secara umum hasil peningkatan kemampuan mahasiswa dalam mengarang
sesuai dengan kelima aspek kemampuan mengarang, seperti kemampuan menemukan dan
mengelompokkan ide (PW = Pre-writing), merancang karangan (DR = Drafting),
merevisi karangan (RV = Revising), menyunting karangan (ED = Editing), dan
pemajangan karangan akhir (PB = Publishing) pada setiap siklus, maka dapat
ditunjukkan seperti pada tabel berikut.
Tabel 1.
Gambaran Umum Peningkatan Kemampuan Mahasiswa dalam Mengarang Menurut Aspeknya
Aspek
Kemampuan
|
Siklus I
(Mean)
|
Siklus II
(Mean)
|
Siklus III
(Mean)
|
Menemukan dan
mengelompokkan
Ide dalam Pre-writing (PW)
|
2,19
|
2,55
|
3,41
|
Merancang
(DR)
|
2,00
|
2,97
|
3,44
|
Merevisi
(RV)
|
2,69
|
3,27
|
3,86
|
Menyunting
(ED)
|
2,70
|
3,10
|
4,10
|
Memajang hasil
Karangan (PB)
|
3,20
|
3,40
|
4,30
|
Grand Mean
|
2,55
|
3,05
|
3,82
|
SD
|
.4734
|
.3277
|
.3946
|
3.2 Pembahasan
Dari hasil analisis data di atas,
dapat dikatakan bahwa secara umum kemampuan mahasiswa dalam membuat karangan
terkategori baik. Ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai rerata ‘grand mean’
mulai dari 2,55 pada siklus I menjadi 3,05 pada siklus II dan meningkat lagi
sampai mencapai 3,82 pada siklus III. Sedangkan jika dilihat dari standar
deviasinya, yang tertinggi adalah pada siklus I yaitu sebesar 0,4734. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada siklus I kemampuan mahasiswa masih agak
heterogen--yang peneliti anggap sesuatu yang wajar. Pada siklus I mereka belum
terbiasa dengan metode pengajaran yang digunakan. Di samping itu, barangkali
juga yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena pada siklus I, mereka
dibebaskan untuk mengembangkan topik yang ingin mereka kembangkan. Sedangkan
setelah diarahkan pada siklus-siklus berikutnya, baik dengan memberikan
penjelasan, bimbingan serta topik yang sama, tampak mulai ada semacam kesamaan
visi dan peningkatan homogenitas khususnya yang menyangkut kemampuan menulis
mereka. Ini dibuktikan dengan menurunnya nilai simpangan baku mereka jika dibandingkan dengan nilai
reratanya.
Bila
dirinci per siklus, maka tampak ada perbaikan kemampuan mahasiswa dalam membuat
karangannya secara sistematis, dari kategori baik sampai baik sekali. Bila
akselerasi perbaikan kemampuan mahasiswa per siklus tersebut digambarkan dalam
suatu diagram, maka akan tampak seperti pada diagram berikut ini.
Diagram 1. Gambaran Umum
Peningkatan Kemampuan
Mahasiswa
dalam Mengarang Menurut
Aspeknya
Catatan:
1
= skor rerata Penemuan dan Pengelompokkan ide dalam ‘Pre-writing’ (PW),
2
= skor rerata Merancang tulisan ‘Drafting’ (DR),
3
= skor rerata Merevisi ‘Revising’ (RV),
4
= skor rerata Menyunting ‘Editing’ (ED), sedangkan
5 = skor rerata Membuat karangan
akhir ‘Publishing’ (PB).
Dari nilai simpangan baku tampak adanya suatu
kecendrungan sistematis tentang semakin mengecilnya kesenjangan kemampuan
mahasiswa dalam membuat karangannya. Itu berarti bahwa, secara umum, para
mahasiswa yang pada siklus I kemampuannya agak tertinggal jika dibandingkan
dengan kemampuan kawan-kawannya, perlahan-lahan dapat semakin meningkatkan
kemampuannya sehingga semakin mendekati kemampuan kawannya yang lebih baik.
4. Penutup
Dari hasil analisis data yang telah
dipaparkan di depan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
Secara umum kemampuan mahasiswa dalam membuat karangan terkategori baik.
Ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai rerata mereka pada setiap siklus. Bila
dirinci per siklus tampak bahwa kemampuan mereka dalam membuat karangan
meningkat secara sistematis, yaitu bergerak dari kategori baik sampai ke baik
sekali. Dilihat dari nilai simpangan bakunya tampak adanya suatu konsistensi
tentang semakin mengecilnya kesenjangan kemampuan mereka dalam membuat
karangannya. Itu berarti bahwa, secara umum, para mahasiswa yang pada siklus I
kemampuannya agak tertinggal jika dibandingkan dengan kemampuan kawan-kawannya,
perlahan-lahan dapat semakin meningkatkan kemampuannya sehingga semakin
mendekati kemampuan kawannya yang lebih baik pada siklus-siklus berikutnya.
Jika
kemampuan mereka dilihat per aspek maka dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) kemampuan
mahasiswa dalam menemukan dan mengelompokkan ide karangan dalam kegiatan
pre-writing meningkat secara kualitatif, yaitu dari kategori cukup menjadi baik
atau mendekati baik sekali, (2) kemampuan
mahasiswa dalam drafting meningkat dari kategori cukup baik menjadi mendekati
kategori baik sekali, (3) kemampuan mahasiswa dalam melakukan revisi
terhadap tulisannya sendiri meningkat dari kategori mendekati baik menjadi
kategori mendekati baik sekali, (5) kemampuan
mahasiswa menyunting tulisannya sendiri juga meningkat dari kategori baik
menjadi baik sekali, dan (6) kemampuan
mahasiswa dalam publishing juga meningkat mulai dari kategori mendekati
baik menjadi baik sekali.
Mengingat demikian efektifnya model pembelajaran menulis berpendekatan
proses yang telah dilakukan, maka disarankan kepada para dosen pengajar keterampilan
menulis untuk mengaplikaskan model pembelajaran ini pada kelas-kelas Writing
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Jaya Putra, I Nyoman, dkk. 1997. “Meningkatkan
Kualitas Tulisan Mahasiswa dalam Mata Kuliah English Writing Melalui Teknik
Reformulasi”. Hasil Penelitian P3M STKIP
Singaraja.
Barnett, Marva, A. 1989. “Writing as process”. The French Review, N0. 63, I: 31-34
Bettencourt, A. ---.
What is constructivism and why are they
talking about it? Michigan:
Michigan University Press.
Brown, H. Douglas. 1988. Principles of language teaching and learning.
Englewood Cliffs, NJ.: Prentice-Hall (2nd ed,).
Byrnes, Heidi. 1985. “Teaching
towards Proficiency: The receptive skills”. In Alice C.
Omaggio (ed). Proficiency, Curriculum, Articulation: The
ties that bind. Reports of the Northeast Conference on the Teaching of
Foreign Languages. Middlebury,
VT.
Campbell, R. and R.Wales. 1970. “The study of language
acquisition”. In J.Lyons, (ed).,
New Horizons in Linguistics. Harmondsworth,
England:
Penguin Books.
Canale, Michael and Merrill Swain. 1980. “Theoretical
bases for communicative approaches to second language teaching and testing”. Applied Linguistics 1 (1980): halaman 1-47.
Ede, L. 1992. A
work in progresss: a guide to writing and revising. New York: St.Martin Press.
Galloway, Vicki. 1980. “Perception of the
communication efforts of American Students of Spanish”. The Modern Language Journal, No. 64: halaman 428-33.
Gatbonton, Elizabeth and Norman Segalowitz.
1988. “Creative automatization: Principles for promoting fluency within a
communicative framework”. TESOL Quartely
No. 22, iii halaman 473-92
Hayes, G. H. 1996. English at hand. New
Jersey: Twosend Press.
Hymes, Dell. 1972. “On communicative competence”.
In JB Pride and J.Holmes (eds.), Sociolinguistics.
Harmondsworth, England: Penguin Books.
James, Charles. 1986. “Foreign language
proficiency in the classroom and beyond”. The
ACTEFL, Foreign Language Education Series. Lincolnwood, IL.: National
Textbook Company.
Krashen, Stephen D. 1984. Writing, Research, Theory and Application. Oxford: Pergamon Press.
Meddley, Frank W. Jr. 1985. “Designing the
proficiency-based curriculum”. In Omaggio (ed) Proficiency, Curriculum, Articulation: The Ties that Bind. Middlebury: VT.
Marhaeni, A. A. I N, dkk. 1998. “Masalah-masalah
Mengarang Bahasa Inggris dan Tindakan
Penanggulangannya”. Hasil Penelitian. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Rivers, Wilga M. 1975. A practical guide to the teaching of French. New
York: Oxford University
Press.
Savignon, Sandra J. 1972. Communicative competence: An experiment in Foreign Language Teaching. Philadelphia: Centre for
Curriculum Development.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar